Diploma dan Pascasarjana

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta

Drs. Susianto Darius, M.Si.
Ketua Program Diploma Jurnalistik

D3 Jurnalistik

Profesi wartawan masih banyak dibutuhkan di industri media massa. Menurut data Dewan Pers, pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 952 media cetak, 378 radio, dan 118 televisi. Data ini menunjukkan bahwa kebutuhan sumber daya manusia untuk profesi wartawan sangat tinggi. Menurut Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Jaya Drs. Kamsul Hasan, M.Hum, sejak tahun 2009 syarat untuk menjadi wartawan adalah berpendidikan minimum Diploma 3. Sebagian besar pendidikan tertinggi wartawan adalah SMA : 70 %. Saat ini kebutuhan wartawan di media massa belum terpenuhi. Oleh sebab itu IISIP Jakarta membuka Program Diploma Jurnalistik untuk memenuhi kebutuhan wartawan.

Selama masa kuliah, mahasiswa dilatih dan diajarkan untuk memiliki kemampuan praktikal yang baik untuk menulis berita, artikel, dan feature dengan berlandaskan etika profesi lulusan yang mampu menembus sumber berita untuk melakukan reportase dan investigasi.

Drs. Susianto Darius, M.Si.
Ketua Program Diploma Periklanan

D3 Periklanan

Munculnya fenomena peningkatan belanja iklan yang signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini mengindikasikan terbukanya peluang yang besar bagi biro iklan untuk memproduksi iklan sesuai dengan pesanan produsen. Biro iklan tentunya membutuhkan tenaga ahli yang kompeten untuk mendesain iklan yang berkualitas sesuai dengan Etika Pariwara/Tatakrama Periklanan Indonesia.

Selama kuliah, mahasiswa dilatih dan diajarkan agar memiliki kompetensi praktikal, seperti membuat eksekusi pesan iklan, menentukan media yang tepat dalam beriklan, mengkomunikasikan produk iklan kepada konsumen, dan menganalisis perilaku konsumen.

Dr. Drs. Udi Rusadi, M.Si.
Direktur Program Pascasarjana

Magister Ilmu Komunikasi

Perkembangan industri media massa yang meluas semakin membuka lapangan kerja bagi lulusan Ilmu Komunikasi. Tingginya kebutuhan media massa akan tenaga Magister Komunikasi memberi peluang yang sangat besar kepada lulusan untuk berperan aktif dalam industri media massa.

Lulusan dapat memimpin organisasi media serta memiliki kemampuan melakukan analisis atas fenomena bidang komunikasi. Industri media yang berdomisili di Indonesia membutuhkan profesional yang mengenali budaya lokal, meskipun telekomunikasi telah memungkinkan komunikasi secara global. Karena tuntutan inilah diperlukan pengembangan kurikulum yang berbasis riset komunikasi agar mahasiswa memiliki wawasan nasional yang diperlukan oleh industri media.

Selama kuliah, mahasiswa diajarkan dengan kurikulum yang berdasarkan keluasan, kedalaman, koherensi, dan penataan/organisasi. Pada keluasan kurikulum mahasiswa diajarkan teori-teori komunikasi yang mendasar. Selain itu diajarkan juga kedalaman mata kuliah agar lulusan mampu melakukan analisis komunikasi, serta memiliki keterampilan untuk mampu mengelola organisasi media yang selalu berlandaskan pada hukum dan etika profesi.